Letusan Anak Krakautau Tertutup Kabut
LETUSAN terakhir Gunung Anak Krakatau pada Kamis (19/6) dini hari masih sulit diamati dengan mata telanjang. Tidak terlihat jelas semburan bebatuan pijar berwarna kemerahan.
"Hampir satu bulan lebih kondisi Gunung Anak Krakatau tertutup kabut tebal," kata Jumon, petugas Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten.
Menurut dia, akibat tertutup kabut, ia sudah tidak melihat lagi semburan material kerikil disertai asap ke udara. Padahal, bunyi suara letusan Gunung Anak Krakatau kembali terdengar hingga Pantai Anyer.
Saat ini cuaca di perairan Selat Sunda sedang memburuk. Di perairan Selat Sunda masih terjadi gelombang besar hingga ketinggian 1,5 meter disertai tiupan angin kencang. Sementara kawasan Gunung Anak Krakatau diselimuti kabut tebal.
"Kalau dilihat dari jarak dekat, Gunung Anak Krakatau terlihat jelas menyemburkan sinar api berwarna kemerahan ke udara," katanya.
Jumon menegaskan, letusan dan kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak menimbulkan gelombang tsunami. Tidak seperti tahun 1883 yang menewaskan 36 ribu lebih warga pesisir Provinsi Banten dan Lampung. Selama letusan tahun ini, Gunung Anak Krakatau aman dikunjungi. Namun, dilarang mendekati titik letusan karena berbahaya terkena lontaran bebatuan panas. "Wisatawan hanya diperbolehkan dengan radius 2 kilometer berdasarkan ketetapan Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG)," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
pengen AXIS gak usah RASIS