Tangkal tanjung jeung anjeun paduduaan,
urang maheutkeun jangji pasini
neuteup bulan...
Ngadago musuh nu datang
Aing lalanang nu tineung perang
Aing lalaki di tegal jurit
Aing...
Tukang endog
Nu leumpang rumanggieung
Nawarkeun dagangan corowokan
Endog…endog…endog…
Tiga sajak bobodoran dibawakan secara estafet oleh Esti Nurliasari, guru SMPN 4 Garut yang membacakan sajak "Mojang" yang langsung dijawab Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Garut Dede Sutisna yang membawakan sajak "Tentara" dan dituntaskan sajak Wakil Bupati Garut Diky Chandra dengan judul "Endog", pada acara Mieling Poe Basa Indung yang digelar di Bale Paminton Inten Dewata Jln. Ahmad Yani, Garut, Rabu (25/2).
Sajak bobodoran yaitu sajak kaulinan yang dibawakan secara bergantian sahut-menyahut, namun dalam kerangka humor yang serupa. Dibawakannya sajak tersebut menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap bahasa daerah.
Turut hadir, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Prof. Dr. Yus Rusyana, Sekretaris Daerah Kab. Garut Drs. H. Wowo Wibowo, M.Si., para seniman Sunda, dan pelajar serta undangan lainnya.
Menurut penelitian, Diky melanjutkan, dari 6.000 bahasa daerah yang masih digunakan di seantero dunia, sebanyak 10 bahasa di antaranya musnah setiap hari. Terutama, karena tidak pedulinya masyarakat untuk melestarikan bahasa daerah.
"Ironis. Karena itu, bahasa daerah hendaknya menjadi perhatian semua pihak untuk menjaga dan memelihara bahasa daerah sebagai basa indung bagi kalangan masyarakat. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga simbol kreativitas dari suatu masyarakat. Matinya satu bahasa merupakan satu ciri nyata dengan hilangnya salah satu aspek budaya yang menjadi kekayaan dan jati diri bangsa," ungkap Diky.
Kekhawatiran Diky bertambah ketika tidak sedikit orang Sunda yang hidup di tanah Pasundan, lebih bangga memilih bahasa Indonesia digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya pemerintah memelihara bahasa Sunda, dinilai Diky, tidak sekadar jargon semata. Bahasa Sunda menjadi salah satu pendidikan muatan lokal di tingkat SD dan SMP, Pemprov Jabar pun menerbitkan perda yang mewajibkan penggunaan bahasa Sunda setiap Rabu, baik dalam kegiatan resmi pemerintahan maupun kegiatan sehari-hari. Akan tetapi, upaya ini tidak akan mampu mewujudkan capaian optimal apabila tidak didukung seluruh masyarakat.
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional sampai 26 Februari 2009 tersebut, diisi dengan kegiatan seminar bahasa Sunda dengan tema "Basa Sunda Dina Zaman Kasagatan", Pasanggiri Ngadongeng, simposium, dan pementasan berbagai seni dan drama.
0 komentar:
Posting Komentar
pengen AXIS gak usah RASIS